Road to #ColdplayMelbourne2016 - Day 4 Adventures to the South

December 7, 2016

Helloo...
Good Morning...
Ini adalah hari ke empat kita berada di Melbourne, sudah mulai terbiasa dengan cuacanya yang summer tapi masih winter hehe.. Jujur saja aku senang dengan cuacanya, dingin tapi cerah. Hari ini suhu menunjukkan di angka 13 derajat, windy tapi matahari cerah. Tapi yang namanya Melbourne memang terkenal dengan cuacanya yang galau, bisa dalam sehari itu panas tiba-tiba hujan dan lalu tiba-tiba berangin dan kemudian panas lagi. Kalau locals sih sudah tidak heran, tapi kalau turis yang belum terbiasa bisa mengartikan ini dengan pancaroba galau hehehe dan bisa sakit deh kalau nggak kuat.

Hari ini diawali dengan aku dan Paru yang ingin mencoba seperti locals yang terbiasa dengan sarapan, coffee dan brunch, sementara Meinola dan Adhit tetap setia dengan kasur dan selimut. Tanpa mandi, tanpa dandan, hanya modal lipstick, coat dan kerudung seadanya akhirnya aku ikut dengan Paru yang memberikan informasi bahwa ada tempat breakfast / coffeeshop / brunch yang ok di sekitar hostel kita, memang jalan agak jauh tapi it is worth since we are the tourist.



Dengan bermodalkan maps, kita menyusuri jalanan dari Queens Street sampai ke Seven Seeds Specialty Coffee yang berada di 106-114 Berkeley Street, Carlton VIC. Kurang lebih jalan kaki sekitar 15 menit, nggak jauh dari Queen Victoria Market. Karena kita orang Indonesia dengan berstatus turis, jadi yang dalam bayangan kita adalah restaurant atau cafe yang berpenampakan bagus dan fancy, tetapi setelah kita sampai agak kaget sih dengan tampilannya. Dari luar persis seperti gudang dan bangunan biasa banget. Kita awalnya nggak yakin tetapi begitu melihat tulisan Seven Seeds di dinding barulah kita yakin kalau kita sudah sampai di tujuan


Seven Seeds Specialty Coffee (courtesy of www.tripadvisor.com)



Begitu kan ya penampakannya? Tak meyakinkan bukan? Tapi tunggu ya sampai lihat bagian dalamnya. Simple, sederhana tetapi nyaman banget. Wangi kopi kental banget, waiter dan waitress yang ramah. Surprisingly i am falling in love with this tiny coffee shop. Sejujurnya aku belum kebayang mau makan dan minum apa karena aku bukan coffee person banget sih, tapi since i am in the best coffee town jadi nggak ada salahnya mencoba dan lagi-lagi surprise kopinya enak banget.




Seperti itu kira-kira penampakan di dalam cafe tersebut, cukup cozy yah. Pagi itu cukup ramai, banyak locals yang tampak berpakaian rapi seperti siap-siap mau pergi ke kantor. Aku suka bangeet rasanya mau tinggal di sini saja deh hehe. Sesungguhnya aku rindu banget dengan sarapan lontong sayur atau gorengan disiram dengan kuah kacang, tapi keep it in your dream, Mel hehe.. 

Ini adalah gambar pilihan pastry dan sarapanku yah semacam omelet dikasi jejamuran. Rasanya? Telor dadar. Hehehe..

Memang untuk pilihan sarapannya nggak cocok seleranya di lidah aku tapi kalau untuk kopinya oke banget. Sembari sarapan nggak lupa aku juga chatting dengan teman yang memang tinggal di Australia (tetapi dia di Sydney) bertanya coffee shop apalagi yang oke. Dia menyaranku untuk coba yang namanya Brother Baba Budan, letaknya ada di 359 Little Bourke Street, benar-benar dekat dengan hostelku. Tetapi menurut info, di sana ramai banget orang Indonesia, apalagi dengan musim sekarang yang kebanyakan orang Indonesia datang ke Australia memang dengan tujuan utama adalah nonton konser, so akan banyak sekali ditemukan orang-orang Indonesia.

Cukup sekitar 1 jam saja kita di sana, makan, ngopi, ngobrol dan foto-foto, akhirnya kita memutuskan untuk kembali ke hostel. Pada saat bayar, aku melihat ada kartu nama coffee shop diletakkan di dekat kasir dan ternyata Seven Seeds ini satu group dengan Brother Baba Budan. Ohh jadi no wonder deh kopinya enak seperti yang disebutkan oleh temanku. Selain itu mereka juga punya cabang yang lain yang terletak di Harbour Esplanade yaitu namanya Hortus x Seven Seeds. Just check their website di sini. Atau bisa intip instagram mereka melalui @7seedscoffee dan @hortus_7seeds.


 

Setibanya di hostel, ternyata dua orang hantu belau teman kita itu belum juga bangun dan mandi, ya ampuuun... Alamat kembali jalan siang ini deh. Dan benar saja kita baru jalan sekitar jam 10 lewat sedikit. Kita berjalan menuju Flinders Street Station. Kita mau kemana hari ini? Jadi kita dengan pakaian lengkap ini mau menuju Brighton Beach yang terkenal dengan Bathing Boxes nya itu. Jadi ini kan summer ya, dan memang hari ini kebetulan lagi cerah-cerahnya (tetapi tetap angin yang kencang), kita tetap dengan baju lengkap tertutup terutama aku yang berhijab.


Dumb! LOL



Karena kita menuju ke Brighton Beach akan menggunakan transportasi kereta, maka dengan sangat harus kita membeli yang namanya MykiCard. MykiCard itu adalah 1 kartu yang berguna untuk semua transportasi umum yang ada di Australia. Mau kita naik tram, train, bus semuanya hanya one tap dengan MykiCard. Sistemnya kurang lebih sama seperti e-Money nya Mandiri atau Flazz nya BCA, tetapi kalau MykiCard ini yang mengeluarkan adalah pihak pemerintahan Victoria (mungkin kalau di Jakarta seperti JakCard dari Bank DKI kali yaa)

Ini penampakan MykiCard (lihat-lihat di sini yaa...)


Setelah bertanya dengan petugas di loket tempat kita membeli MykiCard, akhirnya kita disarankan untuk mengambil jurusan kereta dengan tujuan Sandringham nanti turunnya di Brighton Beach. Okay tanpa berpikir panjang kita langsung turun ke platform 10 dan kebetulan kereta sudah stand by jadi kita langsung naik deh. 

Flinders to Sandringham


Sekitar 30 menit perjalanan akhirnya kita sampai, turun di Brighton Beach Station. Passsss banget sampai di sana pukul 12 siang mateng panas luar biasah deh. Tanpa berpikir panjang kita langsung jalan menuju ke Brighton Beach, menyusuri tepi pantai dengan menikmati sengatan matahari dan angin yang dingin kencang serta pemandangan locals pada berjemur, bahkan ada yang topless you know! Heyyy nipples! Hahahaha... Sepanjang kita berjalan menyusuri pantai itu, nggak pernah luput dari yang namanya lalat. Entah kenapa kok banyak lalat yang hinggap ya... belakangan aku tahu (setelah baca) memang musim panas itu lalat-lalat akan keluar dan menjadi sangat ramah dan buas heheheh maksudnya bebas nempel sesuka hati karena suhu yang panas. Oh now i know. 

Seakrab itu loh para lalat.. Look!  



Secara tujuan utama kita ke sana adalah mau foto di Bathing Boxes yang terkenal itu jadi kita langsung deh jalan ke sana. Sungguh deh sangat tantangan berat dimana semua orang locals ke pantai hanya menggunakan sendal jepit, sementara kita berpakaian lengkap dan pakai sepatu. Jalan di pasir berat benerrr.. Mana cukup jauh pula ye kaannn. Tapi ya namanya juga tourist harap maklum. Kebetulan hari itu sedang ramai bangey turis, terutama turis (yang sepertinya) Indonesia. Dan Thank God nggak cuma aku yang pakai jilbab, aku jilbab tapi trendy dong ah hehehe... 


Hantu Belau at the Bathing Boxes Brighton Beach 
Love this pic :)

Setelah kita rasa cukup foto-foto di pantai itu, lalu kita kembali jalan ke station untuk mampir ke tujuan selanjutnya. Sebenarnya tujuan selanjutnya adalah keinginan aku siih hehehe cuma sebagai mandatory shot saja karena sudah sampai di sini masa nggak mampir sih toh keretanya sejalan hehehe. Kemana? Yaitu ke Luna Park di dekat St.Kilda Beach. Awalnya Adhit dan Meinola agak ragu dan berat hati tapi aku paksaaaa akhirnya mau juga, Paru harus kembali duluan ke city karena sudah ada janji dengan temannya. It's okay, Paru asalkan nggak nyasar saja yaa....

Berhubung aku maksa mereka sementara mereka kelaparan so i gave my time for them to eat first meanwhile i cannot afford any meals because (again) No Halal hehehehe...

 Mandatory shot, Luna Park! Checked! Hehehe...

Sedikit cerita tentang Luna Park ini, adalah taman bermain semacam Taman Ria tapi belum bisa dikatakan sebesar Dufan ya. Kurang tahu persis umur taman bermain ini tetapi yang aku amati adalah roller coaster nya cukup jadul sih, mau uji nyali untuk mencoba saja aku enggan kecuali ya itu tadi hanya foto saja di depannya. Kalau mau tahu lebih lanjut coba cek di website nya : http://lunapark.com.au 

Kita sempat duduk-duduk dulu di luar taman bermain Luna Park ini sekedar menikmati pemandangan, udara yang sejuk tapi cerah, pasangan yang sedang berantem tepat di depan kita sampe pemandangan kurang sedap yaitu melihat butt-crack salah satu tuna wisma yang kita temui di kota ini. Oh ya, di Melbourne cukup banyak ditemukan tuna wisma. Cukup heran sih aku yah tetapi dapat cerita dari Angga, sebetulnya agak disayangkan kalau banyak locals yang jadi tuna wisma karena mereka itu dibiayai oleh pemerintahan setiap minggu, diberikan cek untuk dapat dicairkan dan untuk menghidupi mereka sehari-hari juga bisa ditabung sedikit demi sedikit untuk mendapatkan tempat tinggal yang layak. Tetapi kebanyakan uang tersebut mereka gunakan untuk hal yang wasted seperti minum dan mabuk. Too bad ya. Dan berita yang sudah aku baca akhir-akhir ini adalah tuna wisma ini sudah "dibersihkan" menjelang event tahunan Australia Open yang memang selalu diadakan di Melbourne. Nggak tahu untuk seterusnya atau hanya untuk sementara itu tuna wisma "dibersihkan". Yang paling miris lagi adalah waktu sedang naik tram aku melihat ada seorang bapak yang membawa 4 orang anaknya di dalam tram dan membiarkan anak-anaknya tidur di bangku dan bahkan di lantai, jelas sekali kalau mereka tidak punya tempat tinggal. It was like "please tram bring us where ever you go meanwhile my babies are sleeping here". Sedih lihatnya.. Pertanyaanku yang lain adalah, kemana ibunya?? Hmm..

Okay, lanjut yaa ceritanya. Setelah dari Luna Park, kita lalu kembali ke city dan kita jalan-jalan dulu di sekitar Flinders, mengunjungi toko donat yang terkenal di Melbourne (dan juga hip di instagram) yaitu Doughnut Time. Itu adalah donat terbesar dan terlebay yang pernah aku temukan hahahaha.. Cute toppings, though. 

Doughnut Time :)

Donat ini berada nggak jauh dari Flinders Street Station, yakni di seberangnya persis deh tepatnya di 5 Degraves Street sejalan dengan tempat cafe-cafe yang cukup ramai pengunjungnya. Tapi kita nggak sempat mencicipi cafe-cafe tersebut. 

Beres dari beli donat, kita jalan lagi mencari restorannya George Calombaris. Kalau suka menonton Masterchef Australia pasti sudah nggak asing lagi dengan nama George Calombaris yaitu salah satu jurinya yang botak itu. Beliau punya restoran yang namanya The Press Club. Menurut informasi maps yang sudah aku cari jauh sebelum keberangkatan ke Melbourne, restoran ini letaknya nggak jauh dari Flinders. Dengan bantuan map, kita berjalan menuju The Press Club. Wacana dan cita-cita sih pengennya cobain makan di sana makanya kita mau tahu dulu harganya berapa. Lalu sampailah kita di sana, restorannya belum buka tapi kita sempat duduk di depannya karena memang ada kursi taman. Sambil browsing harga dan akhirnya menemukan fakta bahwa butuh menyediakan setidaknya AUD280 untuk 1 orang sekali makan fine dining. Weeeeehhh kurang lebih 2,9 juta rupiah? THANKS, but NO THANKS. Hahaha... ketebak yaaa akhirannya kita harus puas dengan foto saja hehehehe...

The Press Club by George Calombaris

Adhit in front of "The Projects" by The Press Club. Rasanya tempat ini yang sering digunakan untuk shooting Masterchef Australia juga.

Gigit jari yaaa nggak jadi makan "sok mewah" di sana, kita putuskan untuk kembali ke hostel. Awalnya kita ingin naik tram tapi tram yang ditunggu-tunggu tidak kunjung datang akhirnyaaaa kita kembali berjalan menuju hostel deh. Tapiiii di pertengahan jalan, kita kelaparan dan akhirnya kita memutuskan untuk makan di Menya Japanese Noodle Cafe, letaknya ada di Melbourne Central. Tempatnya cilik nyempil dekat pintu masuk mall tetapi antri aja loh. Menya ini memang terkenal dengan Gyutan Don nya yang enak banget.

Setelah beres makan, kita mau pulang tetapi kembali lagi kita sepakat putar haluan yaitu kita mau ke QueenVictoria Market karena kebetulan ini hari Rabu dan di hari Rabu (setiap summer) itu ada yang namanya Summer Night Market, jadi nggak ada salahnya kita mampir dulu yaa.

Memang ya, teramat sangat penuh! Ramai banget, apalagi bulenya banyak banget (menurut lo?). Agak bingung sih sebenarnya waktu di sana karena aku kirain bakal ada yang jualan souvenir ternyata enggak sama sekali. QVM disulap menjadi food festival, seeeemuanya makanan dan akhirnya aku hanya tertarik dengan satu macam makanan khas yaitu Pavlova. Apa itu Pavlova? Pavlova adalah cake khas Australia yang terbuat dari Meringue dan Cream Cheese dengan topping macam-macam, common nya sih buah-buahan toppingnya. Dengan harga AUD5 aku dapat sepiring Pavlova. 

Traditional Pavlova, fresh from the food truck!

Karena kita sampai di QVM sudah jam 9 malam lewat dan tutupnya jam 10 malam, jadi kita nggak berlama-lama di sana hanya cukup tahu saja sih lalu kita kembali ke hostel dan tiba di hostel sekitar jam 11 malam karena kita mampir dulu ke Iga (semacam Indomaret) untuk membeli minuman dan snack-snack. We have to end this day because we are still have 4 days ahead. Jangan capek-capek yaaa Coldplay menunggu 2 hari lagi! Good night! 

Hello from Summer Night Market at QVM 


Best,
@mshanur

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pengajuan Visa Australia

Road to #ColdplayMelbourne2016 - DAY 6 COLDPLAY Concert!!

KL Trip with Mama (and launching @anameyabelibeli)