Road to #ColdplayMelbourne2016 - DAY 6 COLDPLAY Concert!!

December 9, 2016


Hari ini diawali dengan kegiatan aku yang ingin segera mencuci semua pakaian kotorku yang sudah menumpuk. Salah satu kekurangan hostel tempat kami menginap itu adalah belum tersedianya laundry service. Ya mungkin karena hostel ini masih baru, jadi semuanya masih under construction termasuk laundry service. Dengan bermodalkan bertanya dengan resepsionis, mereka menjelaskan bahwa ada coin laundry terdekat dari hostel itu kira-kira 15 sampai 20 menit jalan kaki. Dibekali map dari si resepsionis, aku berjalan sendiri ke Polaris Cyberwash. Tepatnya itu berada di Victoria Street, North Melbourne. Benar-benar hidup bergantung sama map yang ada di handphone, finally ketemu juga dengan tempatnya. Daerahnya agak lebih sepi, tapi sebetulnya nggak begitu jauh dari Queen Victoria Market. 

Polaris Cyberwash, took it by Google Steet View
Polaris Cyberwash

Begitu sampai di sana, tampaknya aku adalah customer pertama yang datang karena mesinnya belum ada yang beroperasi, hanya petugasnya saja yang ada duduk di bagian dalam. Sambil celingak celinguk pengen tahu mesinnya ada berapa dan harganya berapa, sempat ngobrol juga dengan petugasnya. Jadi, mesin cucinya terpisah dengan dryer nya. Dan masing-masing mesin pun punya harga yang berbeda. 


the washing machine
Begini deh penampakan Washing Machine nya

Proses mencuci membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit lah, dan harganya sekali mencuci itu AUD4 atau sekitar Rp.40.000,- dan untuk pengeringan itu sekitar 10 menit dengan harga AUD2 atau Rp.20.000,- berarti kurang lebih total biaya coin laundry sebesar Rp.60.000,-. Oh ya itu belum termasuk deterjen yang harus beli lagi seharga AUD1,5 per bungkus. Begitu juga dengan pewanginya, tapi aku nggak beli pewangi cukup deterjen saja. Mahal? Ya kalau dibanding dengan di Indonesia jauh lah mahal dengan berat pakaian kotorku nggak lebih dari 2kg. Tetapi untuk ukuran Melbourne, itu termasuk harga yang murah. Dan yes, ini adalah self service coin laundry, kamu sendiri yang masukin baju-baju, dan lalu tunggu sampai selesai kemudian dipindahkan ke dryer machine. 

Karena prosesnya cukup lama dan nggak ada hiburan di tempat tersebut (kecuali handphone yang ada di tangan), jadi aku memutuskan untuk mampir ke coffee shop di ujung jalan yang sebelumnya aku lewatin juga, sekalian brunch. Bukankah katanya Melbourne terkenal dengan coffee dan brunch nya? 

Common Ground
Common Ground

Pagi itu coffee shop ini agak ramai, dan banyak juga yang single traveler seperti aku. Secangkir capuccino dan mini chicken slices burger kupesan untuk brunch kali ini. No company at all, duuhh itu anak-anak di hostel ternyata lagi brunch juga di sebelah hostel persis katanya. Kok nggak ngeh yaa sebelumnya. Setelah aku googling iya benar saja ada Rustica Canteen persis di samping hostel kita. Hahahaha kemana sajaaa yaa kemarin-kemarin. 


Brunch with view :)
Too bad i have to say this, kopinya enak tapi makanannya enggak. Huhuhu.. kalau bisa aku ungkapkan burger itu isiannya ayam yang dicacah-cacah lalu ditambahkan spinach dan lalu ada selai strawberry. Duh, aku nggak tau sebenarnya apa fungsi si selai strawberry tersebut tetapi memang banyak aku temui makanan yang ditambahkan selai strawberry di dalamnya. Bayangkan saja kalau pernah makan swedish meatball nya Ikea, nah biasanya dikasi selai strawberry kan? Nah iya begitu rasanya.. kan aneh yaa... and then my AUD8 terbuang sia-sia.. Hiks.

Brunch and coffee done saatnya kembali ke Polaris untuk memindahkan pakaian ke dryer machine. Pada saat menunggu laundry di dryer itu, ada segerombolan anak muda yang mau mencuci juga. Sempat ngobrol juga dan ternyata mereka dari Swedia, lagi liburan juga. Umur mereka berkisar 20-24 dan mereka nggak percaya kalau aku sudah di atas 30 hahaha am i look younger than my age? Hehhe alhamdulillah. Oh ya ada cerita agak lucu sih selama beberapa kali aku ketemu dengan bule dan ngobrol dengan mereka. Pastinya kita saling bertukar informasi berasal dari negara apa, tujuannya datang ke kota ini apa dan kira-kira berapa lama bakal stay. Mereka salah satunya yang bertanya aku asalnya dari mana dan dengan bangga aku sebutkan Indonesia. Surprisingly comment salah satu dari mereka adalah : "Really? You're Asian? I thought you are from England coz u really have that accent". Agak-agak GR gimana gitu waktu dibilang begitu. Tapi sejujurnya mesti GR atau malu ya? Sok-sokan betul Mel pakai british accent, sepertinya aku terlalu berharap. Hahahaha... aaamiinn. Semoga bisa ke UK ya suatu hari nanti. Ah sayang banget nggak foto sama mereka. 

Done with laundry, saatnya berjalan kembali ke hostel sambil membawa sekantong besar laundry (yaa bolak balik jalan kaki bawa kantong raksasa udah kayak gerombolan si berat). Sembari jalan balik aku ngintip-ngintip Queen Victoria Market. Ah jadi pengen belanja oleh-oleh nih segera. Aku kirim saja foto-foto di QVM ke teman-teman di hostel dan gayung bersambut pada mau belanja oleh-oleh kaos souvenir dan lain-lain. Sampai di hotel, beresin koper dengan hasil laundry, nungguin yang lain pada mandi dan siap-siap.

Jadi hari ini kita agak cukup padat ya, dan yang pastinya sudah tidak sesuai dengan itinerary yang dibuatkan, semuanya serba spontan. Pertama mau ke QVM dulu, belanja segala oleh-oleh, kaos yang harganya kalau gak salah 6pieces AUD10. Souvenirs semacam gantungan kunci, magnet kulkas, tempat pinsil, tote bag juga semua ada di sana. Puas belanja kita langsung kembali ke hostel dan ada yang nagih ke DFO, katanya harus segera kembali karena kemarin dapat voucher dari Converse. Okay lagi-lagi kita berpisah, Meinola dan Parulian jalan berdua nggak tau kemana (kalau nggak salah sih makan makanan non halal sih hehhe), aku dan Adhit kembali ke DFO. Apapun acara kita masing-masing yang pasti kita sepakat bahwa kita akan ketemu lagi di hostel sekitar jam 5 sore dan jam 6 sore kita jalan ke Etihad Stadium.


Ini adalah donat jadul yang terkenal di Melbourne :)


............

Jam 5 kita kembali ke hostel, di sana Nola dan Paru sudah siap-siap. Kita pun juga ketambahan anggota baru yaitu Khalifa, teman sekamar kita yang terbang dari Malaysia juga hanya untuk nonton konser Coldplay. Karena dia sendiri nggak ada salahnya ya kita ajak dia sekalian satu rombongan. Dengan cepat kilat kita langsung samber Free Tram City Circle yang memang kebetulan dekat sekali perhentiannya dengan hostel kita. Gak sampai 10 menit kita sudah sampai di perhentian terakhir dan kita turun menuju Southern Cross Station yang memang terhubung dengan Etihad Stadium. Begitu kita mulai memasuki kawasan Etihad, tiba-tiba Adhit berhenti dan mengatakan bahwa "Eh hantu, tiket aku ketinggalan..". Santai dan tanpa dosa. Hahahaha... yaaa berhubung Adhit bisa sendiri dan nggak adil juga untuk yang lain nungguin dia akhirnya Adhit suruh kita terus masuk dan dia balik ke hostel untuk mengambil tiketnya yang ketinggalan.

Di luar stadion sudah ramai banget, banyak juga kita lihat wajah-wajah Asia yang meramaikan konser tersebut dan banyak pula orang Indonesia yang seliweran. Ketahuan dari bahasa yang digunakan hehehe mendadak menjadi super ramah saling tolong-menolong untuk fotoin dan difoto. Kita juga mampir ke Official Merchandise Booth yang menjual berbagai macam pernak-pernik Coldplay. Berbeda dengan waktu konser JT di tahun 2014, kali ini booth nya ramai banget yang nyamperin. Yang dijual sih macam-macam, mulai dari topi, kaos dengan berbagai ukuran dan gambar, stiker, tote bag, buku biography dan macam-macam lainnya. Aku sendiri beli kaos dengan harga AUD50. Mahal yaaaa hehehehe... Tapi yaa sudah jauh-jauh ke sini worth it lah yaa. Selesai beli merchandise, foto-foto, akhirnya kita memutuskan untuk segera masuk ke stadion. Berhubung tiket kita berlima (termasuk Khalifa) itu semuanya berbeda posisinya, kecuali Meinola dan aku, jadi kita masuk ke gate yang berbeda pula. Dan karena kita itu tiket duduk di Level 3, butuh effort untuk mencapai ke sana, kita masuk buru-buru.

We are soooooo ready!

Malang banget, apesnya Meinola, tiketnya hilang! Kebawa angin sepertinya saking excitednya foto-foto tadi jadinya lupa taroh dimana. Dan sadarnya begitu sudah mau masuk ke pintu utama. Benar-benar serba salah jadinya, di satu sisi aku ingin nemenin dia "nggak jadi nonton" tetapi tujuan utama aku ke sini kan untuk nonton konser, sedih banget kalau harus cancel. Dengan sangat terpaksa, aku masuk sendiri meninggalkan Meinola di luar. Perasaan bercampur aduk, bahagia haru tapi juga sedih karena teman sendiri apes banget. Aku berusaha untuk kirim ulang tiket Meinola melalui e-mail supaya dia bisa print di loket yang tersedia dan pun aku berikan foto kartu kredit yang aku gunakan untuk membeli tiket itu. Ternyata nihil. Nggak bisa karena waktu itu kita pembelian melalui Viagogo.com dan mereka tidak bisa print ulang tiket jika pembelian tidak melewati website resmi.

Lupakan sejenak Meinola (walaupun sulit), aku tetap berusaha bersuka cita karena aku sudah berada di dalam dan sudah duduk dengan manis di Level 3.

Tiketnya seperti ini, tidak bisa tiket dalam bentuk digital, harus paper.

Iya, tiketnya tidak bisa dalam bentuk digital di dalam handphone, harus dalam bentuk print out karena harus di-scan sebelum masuk ke dalam stadion. Sampai di tempat, aku masih terlalu excited sampai pada akhirnya menyadari bahwa ada sesuatu yang belum aku ambil. Apa itu? Yaitu Xyloband. Duuuhhh kenapa bisa skip, mungkin karena saking excited bercampur aduk dengan panik memikirkan keadaan teman sendiri yang nggak bisa masuk ke arena konser. Akhirnya aku berlari lagi turun melawan arus orang-orang yang pada berdatangan. Setelah ambil Xyloband dan LOVE pin, aku kembali berlari menuju tempat dudukku.

Jauh yaaa... Chris Martin nya kelihatan seperti semut.

Opening with A Head Full of Dreams :) 

Yellow. Lagu kedua :)


Secara keseluruhan, konser sangat apik, bagus dan terkonsep. Persis seperti yang sudah aku tonton di Youtube. Lagu pertama dan lagu penutupnya sama. Hanya ada beberapa lagu di pertengahan yang berbeda, karena memang Chris Martin dkk itu sebelumnya mengadakan semacam permintaan ke fans nya melalui Instagram, lagu apa yang ingin kamu dengar pada saat konser dan apa alasannya. Malam itu yang beruntung adalah seseorang yang ingin lagu Don't Panic dinyanyikan. Lucky her, video instagram yang diunggah oleh fans tersebut juga diputarkan dan ditampilkan di big screen. Duh rasanyaa.. Aku sempet sih bikin video juga minta lagu Warning Sign tapi aku nggak unggah di Instagram karena M.A.L.U hahaha...

Dan oh ya, ada satu kejadian yang cukup mengharukan (antara itu setting-an atau memang real), di pertengahan lagu A Sky Full of Stars, Chris Martin sempat memberhentikan lagu dan memanggil salah seorang penonton yang mau melakukan proposal ke pacarnya, dannnn katanya sih itu orang Indonesia karena dia menyebutkan "aku sayang kamu". Nih lihat videonya di sini niiihhh

Satu yang menyenangkan dari konser di Etihad Stadium ini adalah diberikannya fasilitas Free WiFi untuk semua penonton yang ada di dalam sana, tetapi aku sendiri agak susah menggunakannya karena yaaa ribuan orang yang ada di sana pasti menggunakan fasilitas tersebut jadi agak sulit. So, selama nonton konser tidak ada sinyal hehehe. Never mind, Snapchat dan InstaStories terus berjalan walaupun failed, pending post. 

Oh ya, lihat sinar kerlap-kerlip di sepanjang konser? (Kalau sudah lihat videonya pasti akan ngeh), nah itu sinarnya berasal dari Xyloband yang tadi aku hampiiiir saja nggak ambil. Jadi Xyloband itu akan nyala mengikuti irama lagu yang sudah disesuaikan sebelumnya. Keren banget..

CLOCKS!

Kurang lebih konser berjalan selama 2 jam (kalau nggak salah yaa), selesai jam 11 malam. Kita puas banget (tapi aku nggak tau dengan keadaan Meinola di luar sana), kita akhirnya ketemu lagi di luar dekat dengan booth merchandise. Dan you know what!!?? Meinola sangat beruntung ternyata, dengan adanya kejadian tiket hilang, dia justru bisa dapat tiket standing arena dengan menambahkan AUD70. Dia ternyata memohon-mohon dengan petugas ticketing bahwa dia sudah terbang beribu-ribu miles hanya untuk mewujudkan nonton konser Coldplay. Lucky her, the ticketing officer allowed her to buy another ticket if Meinola wants to add purchase. Dia nonton konser berdiri saudara-saudaraaa... Hahahaha... Kali ini aku yang iri.. Hahah sekaligus lega sih sebenernya hilang lah rasa bersalahku..

Beres konser, kita kelaparan.. Kita juga janjian dengan Angga untuk makan bareng setelah konser. Angga jemput kita di stadion dan kita langsung menuju ke restoran yang sekiranya masih buka di jam segitu. Kita nyangsang di Stalactites Restaurant, resto dengan makanan Yunani. Ramai banget sih malam itu tetapi alhamdulillah kita dapat tempat juga setelah antri kurang lebih setengah jam. Malam ini kita harus puas-puasin karena ini malam terakhir kita bareng dengan Meinola, Paru dan Khalifa. Mereka akan pulang besok paginya.


Bon Appetite!!! Makan besaaarrr!!

Kontingen Indonesia bagian Hantu Belau. 

Bawa bendera Indonesia? Itu sesungguhnya ide gila si Paru, sukur dia nggak bawa bendera Slank. Tapi mana kelihatan yaa itu bendera piyik banget. Dan since kita duduknya sendiri-sendiri jadi nggak maksimal deh itu pamerin bendera Indonesia nya. Cukup rusuh ya kita pada saat perjalanan pulang, berisik dan nyanyi-nyanyi sepanjang jalan. Ah seru banget!


Best,
@mshanur

Comments

Popular posts from this blog

Pengalaman Pengajuan Visa Australia

Baby Stuff's Shopping